Naiknya Harga Telur Ayam di Tengah Kesulitan Pakan dan Permintaan Tinggi -->

Header Menu

Naiknya Harga Telur Ayam di Tengah Kesulitan Pakan dan Permintaan Tinggi

Jurnalkitaplus
30/10/25


Jurnalkitaplus - Harga telur ayam di Indonesia terus mengalami kenaikan signifikan sepanjang tahun 2025, terutama pada periode September hingga Oktober. Pada awal tahun, harga telur ayam berada di kisaran Rp30.500 hingga Rp31.000 per kilogram, namun memasuki Oktober, harga rata-rata nasional melonjak mencapai Rp31.178 per kilogram dan bahkan sempat menembus Rp32.500 di beberapa daerah. Kenaikan ini terjadi di hampir seluruh wilayah dengan fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh faktor lokal seperti ukuran dan kualitas telur.


Penyebab utama kenaikan harga ini adalah tingginya biaya produksi, terutama naiknya harga pakan ternak seperti jagung yang menjadi komponen utama pakan ayam petelur. Harga jagung yang naik dari Rp5.500 menjadi Rp6.800 per kilogram membuat biaya produksi melonjak sehingga peternak sulit menekan harga jual telur. Selain itu, ketersediaan bahan pakan pengganti terbatas dan masih bergantung pada impor, memperparah situasi bagi peternak.


Selain faktor produksi, permintaan telur yang meningkat pesat juga menjadi penyebab utama. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menggencarkan konsumsi telur untuk meningkatkan gizi anak sekolah berkontribusi signifikan terhadap lonjakan permintaan. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan ini menyebabkan harga telur melambung tinggi di pasar.


Di sisi penawaran, beberapa peternak kecil memilih mengurangi populasi ayam petelur akibat tingginya biaya pakan dan perawatan sehingga pasokan telur menipis. Ketidaksiapan peternak memenuhi permintaan yang melonjak juga menjadi faktor pembatas pasokan di pasar.


Menanggapi kondisi ini, pemerintah mengambil beberapa langkah strategis untuk menstabilkan harga telur ayam dan mendukung peternak. Pemerintah melakukan pengendalian produksi dengan pemotongan telur tetas dan afkir dini ayam, mendorong penyerapan telur oleh koperasi dan perusahaan integrator, serta memberikan subsidi untuk menekan biaya pakan. Program MBG tetap dijalankan karena manfaatnya bagi kesehatan masyarakat, namun pemerintah terus mengupayakan peningkatan produksi dan distribusi agar harga tidak terus melonjak. Badan Pangan Nasional juga melakukan intervensi pasar dengan program Bela Beli Hasil Peternak untuk menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan peternak.


Secara keseluruhan, kenaikan harga telur ayam tahun 2025 merupakan kombinasi dari tekanan biaya produksi yang tinggi dan permintaan pasar yang melonjak, terutama karena program MBG. Langkah pemerintah fokus pada penyeimbangan suplai dan permintaan serta penguatan sektor peternakan agar harga telur kembali stabil namun tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas. (FG12)


Sumber :

Republika, bpmsph.ditjenpkh, tempo